Kamis, 21 Maret 2019

Laporan Percobaan 2


LAPORAN PRAKTIKUM
“KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LELEH”



DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 


VI. Data Pengamatan
6.1 Kalibrasi Termometer
No
Langkah Kerja
Pengamatan
1.
Dimasukkan termometer ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi air es dengan mulut Erlenmeyer disumbat.
Suhu pada termometer mulai turun ke angka 0°C
2.
Dilakukan uji thermometer tersebut lagi menggunakan air yang dididihkan
Didapat lah suhu pada termometer yaitu 100°C dan suhu tidak naik lagi.

6.2 Penentuan Titik Leleh
6.2.1 Penentuan Titik Leleh Campuran Dua Senyawa 1 : 1
No
Langkah Kerja
Pengamatan
1.
Campuran Naftalen dengan Glukosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan 1 sudip Glukosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 140°C - 162°C.
2.
Campuran Glukosa dengan Alpha-naftol
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Glukosa dan 1 sudip Alpha-Naftol. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 145°C – 168°C.
3.
Campuran Alpha-Naftol dengan Asam Benzoat
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Alpha-Naftol dan 1 sudip Asam Benzoat. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 148°C – 170°C.
4.
Campuran Asam Benzoat dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip asam benzoat dan 1 sudip maltosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 160°C – 180°C.
5.
Campuran Naftalen dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan 1 sudip maltosa leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 145°C – 175°C.

6.2.2  Penentuan Titik Leleh Campuran Dua Senyawa 1 : 0,5
No
Langkah Kerja
Pengamatan
1.
Campuran Naftalen dengan Glukosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan ½ sudip Glukosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 90°C - 128°C.
2.
Campuran Glukosa dengan Alpha-naftol
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Glukosa dan ½ sudip Alpha-Naftol. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 150°C – 165°C.
3.
Campuran Alpha-Naftol dengan Asam Benzoat
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Alpha-Naftol dan ½ sudip Asam Benzoat. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 160°C – 175°C.
4.
Campuran Asam Benzoat dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip asam benzoat dan ½ sudip maltosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 148°C – 169°C.
5.
Campuran Naftalen dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan ½ sudip maltosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 138°C – 155°C.

6.2.2  Penentuan Titik Leleh Campuran Dua Senyawa 1 : 2
No
Langkah Kerja
Pengamatan
1.
Campuran Naftalen dengan Glukosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan 2 sudip Glukosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 120°C - 160°C.
2.
Campuran Glukosa dengan Alpha-naftol
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Glukosa dan 2 sudip Alpha-Naftol. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 145°C – 170°C.
3.
Campuran Alpha-Naftol dengan Asam Benzoat
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip Alpha-Naftol dan 2 sudip Asam Benzoat. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 119°C – 165°C.
4.
Campuran Asam Benzoat dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip asam benzoat dan 2 sudip maltosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 100°C – 140°C.
5.
Campuran Naftalen dengan Maltosa
Dicampurkan dua senyawa tersebut dengan perbandingan 1 sudip naftalen dan 2  sudip maltosa. Lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Diuji titik leleh campura dua senyawa tersebut melihat suhu pada termometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
Saat diamati didapat titik leleh dari campuran tersebut yaitu 129°C – 158°C.


VII. Pembahasan

7.1 Kalibrasi Termometer
       Termometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu suatu zat baik yang berwujud padat, cair maupun gas. Suhu yang ditunjukkan oleh termometer tersebut memberikan informasi tentang keakuratan dari termometer itu dan dari hasil tersebut menentukan apakah termometer itu masih layak digunakan atau tidak. Hal itulah yang menyebabkan sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan melakukan kalibrasi termometer dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada supaya hasil praktikum selanjutnya didapat hasil yang akurat (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/)
      Kalibrasi termometer ini dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat praktikum penentuan titik leleh senyawa. Kalibrasi ini dilakukan dengan menggunakan air. Kami memakai fluida air dikarenakan termometer yang kami gunakan suhu tertinggi nya hanya 100°C. Pertama kami menggunakan air es untuk mengetahui batas bawah dari termometer masih berfungsi atau tidak, digunakan air es karena air memiliki titik beku 0°C. Ketika termometer dimasukkan kedalam air es suhu pada termometer semakin lama semakin turun hingga konstan pada suhu 0°C. Kedua kami gunakan air panas, digunakan air karena air memiliki titik didih 100°C. Jika kalian ingin menggunakan thermometer dengan suhu yang lebih tinggi kalian bisa menggunakan fluida yang lain yang memiliki titik didih yang lebih tinggi juga. Misalnya minyak, karena minyak memiliki titik didih 200°C. Dan kami mendapatkan suhu pada thermometer semakin lama semakin naik hingga 100°C. Dari data yang kami peroleh, dapat disimpulkan bahwa thermometer yang kami gunakan masih bagus dan akurat untuk dipakai pada percobaan penentuan titik leleh senyawa. 
     Jika pada saat air telah mendidih tetapi suhu pada termometer tersebut belum mencapai 100°C atau suhu pada termometer telah mencapai 100°C tetapi air belum mendidih, hal itu disebabkan terdapat zat pengotor pada air yang digunakan. Sehingga dapat pula kita peroleh kesimpulan bahwa kemurnian dari zat yang kita gunakan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan keakuratan dari termometer yang akan kita gunakan tersebut.
       Untuk penentuan titik leleh campuran dua senyawa yang memiliki titik leleh zat murni nya diatas 100°C, kami menggunakan fluida minyak dan termometer yang kami gunakan yang memiliki suhu 200°C. Untuk prosedur atau langkah-langkah yang kami lakukan itu sama. Minyak kami didihkan dan perlahan suhu pada termometer naik hingga mencapai suhu 200°C. 

7.2 Penentuan Titik Leleh
       Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan pada tekanan satu atmosferPada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati karena temperatur dimana zat mulai meleleh hampir sama dengan temperatur dimana zat telah meleleh semuanya. Pada penentuan titik leleh ini kami menggunakan 5 sampel murni yaitu Naftalen, Glukosa, Alpha-Naftol, Asam benzoat dan Maltosa. Sebelum kami menguji titik leleh campuran dua senyawa dengan berbagai perbandingan terlebih dahulu kami menguji titik leleh senyawa murni dari 5 sampel tersebut. Pengujian titik leleh senyawa murni kami lakukan menggunakan dua cara yaitu manual dengan menggunakan termometer dan juga menggunakan MPA (Melting Point Apparatus). Tujuan kami menguji titik leleh dari setiap senyawa adalah untuk mengetahui senyawa yang digunakan benar murni atau sudah terkontaminasi zat pengotor yang ada di labor. Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninyaPenyimpangan tersebut bisa berupa perbedaan range zat saat mulai meleleh dan setelah meleleh semua menjadi lebih kecil atau lebih besar. Setelah kami uji zat padat yang akan kami gunakan kami dapatkan hasil titik leleh yang sama dengan literatur sehingga dapat kami simpulkan bahwa zat yang kami gunakan tersebut benar murni. Dibawah ini adalah tabel titik leleh murni untuk setiap zat
No
Nama senyawa
Titik Leleh
Manual
MPA
1.
Naftalen
79°C - 80°C
79°C – 79,9°C
2.
Glukosa
138°C - 142°C
140°C - 146°C
3.
Alpha-naftol
94°C - 96°C
96°C - 98°C
4.
Asam benzoat
117°C - 120°C
119°C - 121°C
5.
Maltosa
98°C - 100°C
100°C – 102°C

       Penentuan Titik Leleh Campuran Dua Senyawa kami lakukan menggunakan variasi perbandingan yaitu 1 : 1, 1 : 0,5 dan 1 : 2. Sedangkan campuran yang kami gunakan itu ada 5 yaitu :
1. Campuran Naftalen dengan Glukosa
2. Campuran Glukosa dengan Alpha-naftol
3. Campuran Alpha-naftol dengan asam benzoat
4. Campuran asam benzoat dengan maltosa 
5. Campuran naftalen dengan maltosa

* Campuran Naftalen dengan Glukosa 1 : 1
      Kami menggunakan 1 sudip naftalen dan 1 sudip glukosa, dicampurkan dua senyawa tersebut lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut kami uji titik leleh nya menggunakan manual atau menggunakan termometer dan kami peroleh hasil yaitu 140°C saat zat mulai meleleh hingga 162°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Sedangkan saat kami meguji titik leleh senyawa murni kami mendapatkan hasil seperti pada tabel diatas. 
      
Campuran Naftalen dengan Glukosa 1 : 0,5
   Kami menggunakan 1 sudip naftalen dan ½ sudip glukosa, dicampurkan dua senyawa tersebut lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut kami uji titik leleh nya menggunakan manual atau menggunakan termometer dan kami peroleh hasil yaitu 90°C saat zat mulai meleleh hingga 128°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. 

Campuran Naftalen dengan Glukosa 1 : 2
   Kami menggunakan 1 sudip naftalen dan 2 sudip glukosa, dicampurkan dua senyawa tersebut lalu dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut kami uji titik leleh nya menggunakan manual atau menggunakan termometer dan kami peroleh hasil yaitu 120°C saat zat mulai meleleh hingga 160°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. 

   Untuk prosedur setiap campuran itu sama seperti campuran naftalen dengan glukosa. Dan hasil setiap campuran dua senyawa dapat dilihat pada tabel data pengamatan. Dimana campuran tersebut memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh senyawa murninya. Dari data titik leleh murni senyawa diatas dapat kita lihat bahwa zat yang memiliki titik leleh lebih tinggi memiliki daya tarik antar molekul-molekul yang lebih besar juga. Karena daya tarik antar molekul yang besar, menyebabkan campuran tersebut sulit untuk dilepas atau diputuskan sehingga memerlukan suhu yang tinggi untuk melepaskan ikatan antar molekulnya. Itulah sebabnya saat zat dicampurkan dengan pengotornya memiliki titik leleh yang lebih besar bahkan melewati titik leleh senyawa murninya.
   Untuk perbandingan 1 : 1 rentang atau range saat zat mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya tidak terlalu besar dari pada campuran yang memiliki perbandingan 1 : 2 dan untuk perbandingan 1 : 0,5 memiliki rentang atau range saat zat mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya yang lebih kecil. Dapat kita simpulkan bahwa jumlah zat pengotor atau pengganggu itu mempengaruhi kecil besar nya rentang atau range titik leleh suatu senyawa.  
     Secara umum terdapat faktor yang mempengaruhi rentang titik leleh, yaitu :
1. Kemurnian dari zat yang digunakan
2. Sifat suatu zat tersebut yaitu kuat lemahnya kekuatan intermolekuler yang terdapat pada zat 


VIII. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.      Apakah kita dapat menggunakan pelarut air pada saat penentuan titik leleh senyawa glukosa ? Jika bisa kenapa dan jika tidak kenapa ?
2.      Mengapa pada saat kita menggunakan campuran senyawa 1 : 2 memiliki rentang titik leleh yang lebih besar dari pada perbandingan 1 : 1 ?
3.      Manakah hasil penentuan titik leleh yang lebih akurat menggunakan manual (termometer) atau menggunakan MPA ? Kenapa ?

IX. Kesimpulan
1. Penentuan titik leleh senyawa murni dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan manual (Termometer) dan bisa menggunakan alat MPA (Melting Point Apparatus).
2. Sebelum melakukan uji titik leleh sebaiknya kita harus mengkalibrasi thermometer yang akan kita gunakan, hal ini bertujuan untuk mengetahui thermometer tersebut masih layak dipakai atau tidak dan juga untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan.
3. Kita dapat membedakan titik leleh senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni yaitu dengan cara melihat titik leleh senyawa murni dan bandingkan dengan titik leleh yang kita dapatkan. Jika berbeda jauh berarti terdapat zat pengotor didalam sampel tersebut.

X. Daftar Pustaka
Arsyad, M. 2010. Kimia Organik Dasar. Semarang : UNDIP Press.
Chang, R. 2005. Kimia Organik II. Jakarta : Erlangga.
Saiful, S. 2011. Performance of Mixed Matrixs Membrane. Vol 1 (2).
Tim praktikum kimia Organik I. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organilk I. Jambi :           Universitas Jambi

XI. Lampiran Gambar
Gambar 1. Proses pendidihan air untuk proses kalibrasi 

Gambar 2. Proses pengkalibrasian termometer
Gambar 3. Bahan-Bahan yang digunakan untuk penentuan titik leleh






3 komentar:

  1. Saya Hanna (045) akan menjawab pettanyaan no 3. Menurut saya yang lebih akurat untuk uji titik leleh adalah dengan menggunakan MPA. Karna kalau menggunakan termometer, biasanya ada sedikit kesalahan dalam pengamatan pada termometer atau termometer belum di kalibrasi. Tetapi jika menggunakan MPA maka hasil yang diperoleh lebih akurat sebab MPA adalah alat yabg digunakan untuk menguji titik leleh.

    BalasHapus
  2. Putri ayu indah lestari (05) saya akan menjawab pertanyaan nomor 1 yaitu pada saat penentuan titik leleh senyawa glukosa kita tidak dapat menggunakan air sebagai acuan atau pelarut karena glukosa mempunyai titik leleh diatas 100C sedangkan titik didih air hanya 100C.

    BalasHapus
  3. Saya seprida anjelina (A1C117051) ingin mencoba menjawab nomor 2. Rentang titik leleh pada perbandingan 1:2 lebih besar dari 1:1 karena pada pencampuran dua senyawa yang berbeda dapat mempengaruhi besarnya rentang titik leleh senyawa tersebut dikarenakan adanya ikatan antar molekul yang semakin besar, terutama jika kita menggunakan zat pengotor dengan perbandingan yang lebih besar dibanding zat yang akan kita uji titik leleh nya akan menyebabkan rentang titik leleh menjadi lebih besar.

    BalasHapus