JURNAL PRAKTIKUM
“PEMURNIAN ZAT PADAT”
DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
II.
Hari/Tanggal : Sabtu/09 maret
2019
III.
Tujuan : Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu
1. Dapat
melakukan kristalisasi dengan baik
2. Dapat
memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Dapat
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4. Dapat
memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
IV.
Landasan Teori
Pemisahan
dan pemurnian merupakan cara pemisahan dari dua zat atau lebih yang saling
bercampur. Campuran adalah gabungan dari dua zat atau lebih dimana suatu zat
itu sudah tidak murni lagi karena sudah bereaksi atau tercemar oleh at
pengotor. Sublimasi adalah proses perpindahan fase zat dari yang semula fase
padat menjadi uap. Dan perubahan uap menjadi padat disebut kondensasi. Uap dikondensasi
langsung menjadi fase padat tanpa melalui perantara fase cair dahulu. Destilasi
juga salah satu cara untuk melakukan pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
titik didih yang sangat jauh. Rekristalisasi adalah salah satu cara pemisahan
atau pemurnian zat pada dari zat pengotornya yang dilakukan dengan cara
mengkristal ulang zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
(Chang,2005).
Kita dapat memurnikan zat padat organik
dengan berbagai cara, adapun cara yang paling baik dan efektif yaitu dengan
rekristalisasi. Untuk mengkristalisasi secara selektif suatu senyawa dari
campuran zat padat, kita dapat menggunakan pelarut yang sesuai untuk melarutkannya
selanjutnya disaring ketika masih panas. Hal ini bertujuan untuk memisahkan zat
padat yang tak larut didalam suatu larutan. Pada proses kristalisasi sebaiknya
menggunakan pelarut dalam jumlah yang sedikit. Larutan yang digunakan juga
harus diencerkan agar tidak terlalu pekat. Penurunan suhu harus dihitung
kecepatannya. Ada banyak pelarut yang dapt digunakan dalam proses
rekristalisasi akan tetapi yang paling banyak digunakan adalah pelarut cair.
Hal ini dikarenakan harga nya yang terjangkau, tidak reaktif dan mudah untuk
memperoleh zat organik yang tadinya dilakukan penguapan. Adapun ciri-ciri
pelarut yang baik adalah Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan
direkristalisasi, Zat padat yang digunakan adalah yang kebanyakan tak larut
dalam pelarut, Zat padatnya memiliki kelarutan yang tinggi, Titik didih pelarut
tidak melewati titik leleh zat padat yang akan di rekristalisasi. Terdapat dua
cara untuk mlakukan rekristalisasi, yaitu :
(Tim Kimia Organik, 2016).
Selain
rekristalisasi terdapat cara lain untuk pemurnian senyawa organik yang
berbentuk padatan yaitu dengan sublimasi. Prinsip dari proses sublimasi ini
adalah peredaan kelarutan zat pengganggu. Apabila zat padat berada dalam suhu
kamar dan pada tekanan tekanan tertentu zat padat tersebut akan meleleh
selanjutnya mendidih. Rekristalisasi dapat dikelompokkan sesuai dengan sifat
dari atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul yang membentuknya. Pengelompokkan
ini lebih mendasari penggunaan dalam jumlah dan jenis unsur yang seharusnya
(Oxtoby, 2010).
Kita dapat melakukan pemurnian suatu zat padat
yang telah bercampur dengan zat pegotor dengan menggunakan pendekatan dan
teknik khusus. Pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan melakukan
identifikasi dari suatu zat padat yang akan kita murnikan tersebut, baik itu
sifat fisik ataupun sifat kimianya. Sifat fisik dan sifat kimia dari suatu zat
padat harus praktikan pahami sebelum melakukan praktikum dikarenakan merupakan
salah satu syarat keberhasilan dari pemurnian atau pemisahan zat padat tersebut
terutama kecendrungan zat terlarut tersebut dapat larut dalam suatu pelarut.
Sebagai praktikan, sebaiknya sudah harus memahami jenis-jenis pelarut organic dan
gradient kepolarannya terutama untuk melakukan pelarutan zat padat dengan lebih
dari satujumlah pelarut yang digunakan. Terdapat banyak teknik untuk memurnikan
zat padat, yaitu teknik kristalisasi, sublimasi dan kromatografi. Praktikan
dapat mempelajari sendiri teknik-teknik untuk memurnikan zat padat tersebut
dari berbagai referensi yang ada. Setelah proses pemurnian zat padat berhasil
dilakukan, praktikan selanjutnya harus memastikan tingkat kemurniannya yaitu
bisa menggunakan pendekatan titik leleh ataupun menggunakan kromatografi lapis
tipis (Syamsurizal, 2019).
Zat padat dapat kita murnikan dengan
memanfaatkan beda kelarutan pada suhu yang berbeda untuk zat yang tepat jenuh
panas didinginkan. Kelebihan zat padat akan di kristalisasi. Proses itu dapat
diubah dengan membuat larutan dengan beberapa Kristal halus dari zat padat
murni. Rekristalisasi adalah proses dimana zat terlarut akan dilarutkan kembali
dan mengkristalkannya kembali. Metode rekristalisasi ini banyak digunakan
karena dianggap sebagai metode yang baik untuk memisahkan zat pengotor yang tidak
tersaring didalam larutan kecuali jika polasitas bentuk dan ukuran Kristal yang
sangat sedikit, pengotor mungkin akan bergabung dengan Kristal (Keenan, 2006).
V. Alat dan Bahan.
5.1 Alat.
a. Gelas kimia 100 ml.
b. Pemanasan Bunsen.
c. Corong Bruchner.
d. Pengaduk.
e. Cawan penguap.
f. Kertas saring.
g. Gelas wool atau kapas.
h. Pipet tets.
i. Kawat kasa.
j. Kaki tiga.
5.2 Bahan.
a. Air suling.
b. Asam benzoate 0,5 gram.
c. Naftalen.
d. Es batu.
VI. Prosedur Kerja
6.1 Prosedur percobaan rekristalisasi.
a. Dituangkan 50 ml air suling ke dalam gelas kimia 100 ml.
b. Dipanaskan hingga timbul gelembung – gelembung.
c. Dimasukkan 0,5 gram asam benzoate tercemar ke dalam gelas kimia 100 ml yang lain.
d. Ditambahkan air panas tersebut sedikit samil diaduk hingga larut semua.
e. Disaring campuran tersebut dengan menggunakan corong Buchner dalam keadaan panas dan ditampung fitratya dalam gelas kimia.
f. Disiramlah endapan yang tertinggal dengan air panas.
g. Dijenuhkan. Didinginkan hingga terbentuk Kristal. Apabila pada pendinginan tidak terbentuk Kristal, didingikan dalam es.
h. Disaring Kristal yang terbentuk dengan corong Buchner, dikeringkan.
i. Diujilah titik leleh dan bentuk kristalnya, dibandingkan dengan data dalam hand book.
6.2 Sublimasi.
a. Dimasukkan 1 – 2 gram naftalen tercemari ke dalam cawan penguap.
b. Ditutup permukaan cawan penguap dengan kertas saring yang telah dibuat lobang – lobang kecil.
c. Disumbat corong dengan gelas wool atau kapas seperti pada gambar.
d. Diletakkan cawan tesebut diatas kasa dari pembakar, nyalakan api dan panaskan dengan nyala api kecil.
e. Hentikan pembakaran setelah semua zat yang akan disublimasikan habis (lebih kurang 5 menit).
f. Dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan corong bila ada, diuji titik leleh dengan kristalnya, dicocokan dengan data hand book
PERTANYAAN :
Supaya kalian dapat menjawab pertanyaan diatas, syarat nya kalian harus tonton dulu video dibawah ini. Disimak dengan baik yaa :)
https://www.youtube.com/watch?v=c2dBmiMp2Nk
https://www.youtube.com/watch?v=5BS804vknnk
V. Alat dan Bahan.
5.1 Alat.
a. Gelas kimia 100 ml.
b. Pemanasan Bunsen.
c. Corong Bruchner.
d. Pengaduk.
e. Cawan penguap.
f. Kertas saring.
g. Gelas wool atau kapas.
h. Pipet tets.
i. Kawat kasa.
j. Kaki tiga.
5.2 Bahan.
a. Air suling.
b. Asam benzoate 0,5 gram.
c. Naftalen.
d. Es batu.
VI. Prosedur Kerja
6.1 Prosedur percobaan rekristalisasi.
a. Dituangkan 50 ml air suling ke dalam gelas kimia 100 ml.
b. Dipanaskan hingga timbul gelembung – gelembung.
c. Dimasukkan 0,5 gram asam benzoate tercemar ke dalam gelas kimia 100 ml yang lain.
d. Ditambahkan air panas tersebut sedikit samil diaduk hingga larut semua.
e. Disaring campuran tersebut dengan menggunakan corong Buchner dalam keadaan panas dan ditampung fitratya dalam gelas kimia.
f. Disiramlah endapan yang tertinggal dengan air panas.
g. Dijenuhkan. Didinginkan hingga terbentuk Kristal. Apabila pada pendinginan tidak terbentuk Kristal, didingikan dalam es.
h. Disaring Kristal yang terbentuk dengan corong Buchner, dikeringkan.
i. Diujilah titik leleh dan bentuk kristalnya, dibandingkan dengan data dalam hand book.
6.2 Sublimasi.
a. Dimasukkan 1 – 2 gram naftalen tercemari ke dalam cawan penguap.
b. Ditutup permukaan cawan penguap dengan kertas saring yang telah dibuat lobang – lobang kecil.
c. Disumbat corong dengan gelas wool atau kapas seperti pada gambar.
d. Diletakkan cawan tesebut diatas kasa dari pembakar, nyalakan api dan panaskan dengan nyala api kecil.
e. Hentikan pembakaran setelah semua zat yang akan disublimasikan habis (lebih kurang 5 menit).
f. Dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan corong bila ada, diuji titik leleh dengan kristalnya, dicocokan dengan data hand book
- Apa yang menyebabkan gelas kimia ke 2 dan ke 3 pada percobaan sublimasi tidak dapat mengkristal dengan sempurna ?
- Mengapa terdapat air didalam gelas kimia yang pertama sedangkan tidak menggunakan air sebagai bahan praktikum ?
- Bagaimana cara memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi ?
Supaya kalian dapat menjawab pertanyaan diatas, syarat nya kalian harus tonton dulu video dibawah ini. Disimak dengan baik yaa :)
https://www.youtube.com/watch?v=c2dBmiMp2Nk
https://www.youtube.com/watch?v=5BS804vknnk
Saya SILVY WAHYU FRADINI (A1C117023) akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu Pada percobaan yang terdapat di video gelas kimia kedua dan ketiga tidak dapat mengkristal dengan sempurna karena memakai bunsen atau pemanas yang api nya tidak bagus atau tidak merata sehingga tidak dapat melakukan pembakaran dengan sempurna seperti hal nya pada gelas kimia yang pertama. Itulah yang menyebabkan kapur barus pada tabung reaksi 2 dan 3 tidak dapat menguap dengan sempurna
BalasHapusSaya ratna kartika sari (011) jawaban soal nomor 2 yaitu....Air yang terdapat pada gelas kimia yg pertama itu dikarenakan proses sublimasi atau kapur barus yg terdapat pada tabung berhasil menguap dengan sempurna sehingga yang tertinggal didalam gelas adalah zat pengotor atau zat tambahan pada proses pembuatan kapur barus itu sendiri. Jadi air didalam gelas kimia tersebut merupakan zat tambahan untuk pembuatan kapur barus.
BalasHapussaya Erwin Pasaribu (003) akan menjawab soal nomor 3. memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi dapat kita lihat dari sifat pelarut itu sendiri. adapun sifat pelarut yang baik untuk rekristalisasi ialah :
BalasHapus1. memiliki daya pelarut yang tinggi dengan suhu yang tinggi
2. dapat melarutkan zat pengotor pada zat murni dengan mudah meskipun jumlahnya sedikit.
3. harus dapat menghilangkan zat pengotor meskipun digunakan suhu yang relatoif rendah