Rabu, 24 April 2019

Jurnal Percobaan 9

JURNAL PRAKTIKUM
“KEISOMERAN GEOMETRI”



DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 



I. Judul : Keisomeran Geometri
II. Hari/Tanggal : Jumat/ 26 April 2019
III. Tujuan : Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu
                   1. Dapat mengetahui azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
                   2. Dapat mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan fisika

IV. Landasan Teori
       Isomer Geometri adalah suatu bentuk keisomeran yang disebabkan oleh adanya perbedaan letak atau gugus ruangan. Isomer geometri ini juga sering dikenal atau disebut dengan isomer cis-trans. Isomer geometri tidak terdapat pada kompleks dengan struktur linear, trigonal panar atau tetrahedral tetapi umumnya terdapat pada kompleks planar segi-empat dan oktahedral. Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi pada ikatan kovalen dapat menimbulkan kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer disebabkan karena adanya ligan yang terikat dalam ruangan sekitar ion logam pusat. Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang sama sehingga sifat-sifat dan banggunnya menjadi berbeda disebut sebagai senyawa isomer (Fessenden,1997).

Gugus fungsi pada senyawa organik itu dapat terdiri dari satu atau lebih yang terikat pada atom C baik yang berikatan tunggal maupun yang rangkap. Pada gugus atau atom yang terikat dengan atom C yang berikatan tunggal maka ia akan dapat bebas bergerak sehingga tidak bisa dibedakan orientasi bidang ruang gugus fungsinya tetapi berbeda untuk gugus atau atom yang terikat pada atom C rangkap atau rantai siklik maka gugus atau atom tersebut tidak  dapat begerak atau berotasi bebas sehingga kita dapat mengidentifikasi orientasi ruang gugus fungsinya itulah yang disebut dengan isomer geometri. Suatu isomer geometri dengan orientasi tertentu dapat diubah orientasinya misalnya pada asam maleat atau cis-asam butenadioat yang memiliki dua gugus karboksilat umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan asam fumarat atau trans-asam butena dioat.

Isomer didalam ilmu kimia adalah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama tetapi memiliki susunan atom yang berbeda. Isomer ini kebanyakan juga memiliki sifat kimia yang sama antara satu dengan yang lain. Dalam isomer juga terdapat istilah isomer nuklir yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda. Contoh isomer sederhana adalah C3H8O. Terdapa tiga buah isomer dengan rumus kimia tersebut yaitu 2 molekul alkohol dan satu molekul eter. Dua buah molekul alkohol yang dimaksud yaitu 1-propanol (n-propil alkohol) dan 2-propanol (isopropil alkohol). Pada molekul 1-propanol atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul 2-propanol atom oksigennya terikat pada karbon kedua (tengah). Dari kedua alkohol memiliki sifat kimia yang hampir sama. Sedangkan isomer yang memiliki molekul eter yaitu metil etil eter, dimana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu atom karbon dan juga memiliki satu atom hidrogen seperti halnya alkohol. Namun eter tidak memiliki suatu gugus hidroksil (Underwood, 1987).

Adapun yang seringkali sangat menentukn sifat-sifat dari suatu moekul adalah struktur atom-atom penyusun dalam molekul tersebut. Jika konfigurasi cis dan trans merupakan dua gugus yang reaktif satu terhadap yang lain, maka terkadang perbedaan geometri mudah ditunjukkan secara kimia, seperti halnya asam maleat dan asam fumarat, yang masing-masing merupakan cis asam butenadionat. Jika asam maleat tersebut kita panaskan didalam suatu tabung tertutup dengaan suhu diatas titik lelehnya yaitu 130°C maka akan menghasilkan anhidrat maleat dan 1 molekul air. Tetapi jika asam fumarat kita lakukan dengan perilaku yang sama maka asam fumarat tidak meleleh akan tetapi menyublim pada suhu 128°C dan akan membentuk anhidrida polimerik atau jika digunakan suhu yang tinggi akan berubah menjadi anhidrida maleat. Perubahan isomer-isomer geometri, seperti asam maleat menjadi asam fumarat akan terjadi jika ikatan rangkap C=C diubah untuk sementara waktu menjadi ikatan tunggal C-C sehingga dengan ikatan tunggal inilah perputaran dapat berlangsung dengan bebas.

           (Tim Kimia Organik, 2016).

        

          V.           Alat dan bahan
5.1         Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
·        Erlenmeyer 125 ml
·        Pembakar bunsen
·        Corong buchner
·        Labu bulat 400 ml
·        Alat penentu titik leleh

5.2  Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
·      Kertas saring
·      Anhidrat maleat
·      HCl pekat
·      Kondensor refluks

VI.        Prosedur Kerja
a.        Didihkan 20 ml air sulingdalam erlenmeyer 125 ml
b.        Ditambahkan 15 gr anhidrat maleat
c.    Setelah larutan menjadi jerbih, didinginkan pada labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan.
d.       Dikumpulkan asam maleat diatas corong Buchner
e.        Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya (jangan dibuang filtrat yang mengandung maleat)
f.         Dipindahkan larutan filtrat kedalam labu bundar 100 ml
g.        Ditambahkan 15 ml HCl pekat
h.        Direfluks perlahan-lahan selama 10 menit. Kristalfumarat akan mengendap dari larutan
i.          Didinginkan larutan pada suhu kamar
j.        Dikumpulkan asam fumarat dalam corong buchner dan direkristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per gr asam)
k.        Ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.

Mari simak video dibawah ini yaa untuk menambah ilmu :)
PERTANYAAN :
1. Pada video tersebut, apa tujuan dilakukan nya perendaman menggunakan es batu ?
2. Berikan  contoh dari isomer geometri !
3. Apa yang menyebabkan asam maleat dapat diubah menjadi asam fumarat ?

\



Sabtu, 13 April 2019

Jurnal Percobaan 8

JURNAL PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM”



DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 



I. Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom

II. Hari/Tanggal : Sabtu/13 April 2019

III. Tujuan : Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu
1.    Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2.  Dapat memisahkannya suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
3.    Dapat memisahkannya pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

IV. Landasan Teori
            Didalam teknik kromatografi, campuran senyawa dapat kita lakukan pemisahan menjadi komponen-komponennya yang dapat didasarkan pada pendistribusian zat antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Terdapat azas yang penting pada kromatografi yaitu senyawa yang berbeda memiliki koefisien distribusi yang berbeda antara fase diam dan fase gerak tadi. Sebagai bahan penjerap dapat digunakan silica gel atau alumina terhidrasi. Permukaan dari bahan ini memiliki kemampuan menjerap senyawa organic. Umumnya semakin polar senyawa organic tersebut maka semakin kuat ia menjerap molekul air, sehingga keaktifannya menurun. Atau dapat kita katakana bahwa keaktifan dari bahan penjerap itu dikendalikan oleh kandungan airnya. Pada kromatografi lapis tipis, bahan penjerap itu di letakkan tersebar pada plat kaca, aluminium, ataupun plastic. Teknik kromatografi lapis tipis ini memiliki kelebihan dibandingkan kromatografi yang lain yaitu pengerjaan kromatografi ini dapat lebih cepat, kebutuhan bahan yang digunakan dapat disesuaikan dengan keperluan dari pemisahannya baik. Identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan harga Rf semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik. Untuk menghitung Rf dapat digunakan rumus dibawah :
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa / Jarak yang ditempuh pelarut
(Tim Kimia Organik, 2016).


            Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan kecepatan perambatan komponen dalam medium atau tempat tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponen yang akan kita lakukan pemisahan berada diantara dua fase yaitu fase diam atau yang disebut stationary dan fase bergerak atau yang disebut fase mobile. Fase diam itu sendiri yaitu fase yang akan menahan komponen campuran sedangkan fase bergerak adalah fase yang akan melarutkan zat komponen campuran. Pada fase diam terdapat komponen yang mudah tertahan dan komponen itu akan tertinggal atau tidak bergerak sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase bergerak akan bergerak lebih cepat (Sudarmaji,2007).

            Kromatografi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran suatu zat dari komponen-komponen penyusunnya , dengan dilakukan nya kromatografi maka komponen-komponen tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh. Kromatografi itu sendiri dapat terbagi kedalam beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, meskipum terbagi kedalam beberapa jenis akan tetapi semuanya menggunakan suatu prinsip kromatografi yang sama. Adapun prinsip pemisahan didalam kromatografi yaitu komponen penyusun suatu zat tersebut berada pada perbedaan afinitas atau gaya adhesi dari setiap jenis analit terhadap fase diam dan fase bergerak sehingga menyebabkan masing-masing komponen penyusun zat tersebut dapat dipisahkan satu sama lain (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Gambar. Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom

           
Kromatografi pertama kali ditemukan oleh Michael Tsweet yaitu seorang ahli botani di Universitas Watsawa (Polandia) pada tahun 1906. Kata kromatografi itu berasal dari bahasa yunani “Warna” dan “Tulis”. Kromatografi adalah metode yang dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang terdapat dalam sampel, dimana komponen tersebut akan didistribusikan kedalam dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan pada padatan atau gel. Pada pemisahan ini senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan dalam system yang bergerak mengalir melalui suatu system yang diam dan selama pengaliran fase gerak akan terjadi pelarutan adsorpsi dan penguapan (Mulja, 2009).

            Teknik kromatografi lapis tipis atau TLC itu dikembangkan pada tahun 1938 oleh Ismailoff and Schaiber. Adsorben akan dilapiskan pada lempeng kaca dimana bertindak sebagai penunjang fase diam. Sedangkan fase gerak akan bergerak sepanjang fase diam sehingga akan terbentuklah kromatogram. Dimana metode ini merupakan suatu metode kromatografi sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive. Untuk identifikasi senyawa itu dilakukan dengan cara menghitung dan juga membandingkan harga dari Rf semua zat yang terpisah dengan Rf zat autentik (Khopkar, 2010).

V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Plat TLC
b. Bejana
c. Cawan Petri
d. Pipa gelas kapiler
e. Tabung reaksi
f. Kolom kromatograf
g. Gelas wool
h. Kertas saring
i. Pensil
j. Lampu UV

5.2 Bahan
a. N-Heksana
b. Etil asetat
c. Aseton
d. Etanol
e. Kloroform
f. Metanol
g. Silika Gel
h. 10 ektraks tanaman
i. Selium sulfat
j. Asam Sulfat

VI. Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
- Siapkan Plat TLC
- Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform     : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
- Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
- Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
-Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
- Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
- Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
- Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
- Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2 Kromatografi Kolom
- Siapkan 10 ekstrak daun
- Siapkan kolom kromatografi
- Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
- Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
- Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
- Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
- Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
- Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.

Untuk mengetahui lebih lanjut, tonton video dibawah ini yaaaa 
https://www.youtube.com/watch?v=T30r9xdsJLA

PERTANYAAN :
1. Dari video tersebut, praktikan menggunakan bahan apa saja untuk membuat eluen dan berapa komposisinya ?
2. Bagaimana cara untuk melihat bercak sampel untuk menghitung Rf nya ?
3. Jelaskan beberapa istilah berikut :
    a. Fase gerak
    b. Fase diam
    c. Eluen

Laporan Percobaan 7


LAPORAN PRAKTIKUM
“PEMBUATAN ASETON”




DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 



VII. Data Pengamatan
7.1 Sintesis Aseton dengan KMnO4
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Tabung alas bulat dimasukkan 80 mL aquades + 26 mL 2-propanol + 12 mL H2SO4
Larutan berwarna bening
Suhu larutan menjadi naik (panas)
2.
Ditambah kan 16 gram Kristal KMnO4  kedalam labu tersebut
Warna larutan berubah menjadi ungu
Suhu menjadi semakin naik
Larutan menjadi mendidih
3.
Di diamkan labu yang berisi campuran dan dilanjutkan di destilasi
Setelah di diamkan beberapa saat larutan sedikit dingin
Setelah didestilasi didapatkan tetesan pertama destilat pada suhu 78°C di waktu ke 3 menit, dan tetesan ke 40 atau 2 mL pada suhu 76°C di waktu ke 6 menit 54 detik
Bau dari destilat seperti bau balon

7.2 Sintesis Aseton dengan K2Cr2O7
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Kedalam labu alas bulat dimasukkan 50 mL aquadest + 27,5 mL H2SO4 + 29,2 mL  2-Propanol. Didiamkan labu tersebut lalu dimasukkan kedalam penangas air.
Larutan berwarna bening
Suhu menjadi naik yaitu 60°C
2.
Dalam gelas piala yang lain dimasukkan 10 gram Kristal K2Cr2O7+ 100 mL aquadest dan dimasukkan ke dalam corong pisah
Larutan berwarna orange
3.
Di tambahkan secara perlahan larutan K2Cr2O7 kedalam labu alas bulat
Warna larutan menjadi hijau pekat
4.
Dilanjutkan proses destilasi
Di dapat tetesan pertama destilat pada suhu 83°C dan waktu ke 7 menit 44 detik, dan tetesan ke 40 pada suhu 83°C dan waktu ke 8 menit 16 detik
Bau destilat yang ditimbulkan yaitu seperti bau balon.


VIII. Pembahasan
          Aseton atau 2-propanon termasuk kedalam senyawa keton yang paling sederhana, memiliki sifat yaitu tidak berwarna, mudah menguap, dan juga termasuk salah satu jenis pelarut organic yang mudah terbakar. Pada tubuh manusia aseton dapat kita temukan dalam urin dan darah meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dan biasanya banyak ditemukan pada manusia yang menderita penyakit diabetes. Aseton itu sendiri memiliki banyak sekali manfaat, salah satunya yaitu untuk membersihkan warna kutek, untuk membersihkan key board laptop atau computer, membuat lantai menjadi mengkilap, menghilangkan noda pada cangkir, membuat sepatu menjadi emngkilap, menghilangkan goresan pada kaca jam tangan, serta dapat membersihkan papn tulis yang sudah kotor karena tinta spidol (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/).
            Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan yaitu pembuatan atau sintesis dari aseton yang mana kami melakukan dengan dua kali percobaan yaitu menggunakan KMnO4 dan yang kedua menggunakan K2Cr2O7. Pada proses pembuatan aseton ini kami melakukan nya dengan proses destilasi. Destilasi adalah metode pemisahan untuk zat cair yang memiliki penandaan titik didih dari zat lain yang bercampur di dalamnya dan titik didih zat-zat tersebut relatif tidak begitu tinggi serta memiliki tekanan uap yang tinggi. Pada prinsipnya zat cair dengan titik didih tinggi dengan demikian akan cepat berubah menjadi fase uap jika di berikan kalor atau panas. Itulah sebabnya pada percobaan ini dilakukan proses pemanasan supaya zat-zat tersebut dapat dengan cepat menguap.

8.1 Sintesis Aseton dengan KMnO4
                Pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan atau merangkai alat destilasi yang terdiri dari statif, klem, labu alas bulat, mantel pemanas, kondensor, pipa T, labu destilat, dan selang. Setelah alat selesai dirangkai kami membuat campuran bahan yang akan di uji. Kedalam labu alas bulat dimasukkan 80 mL aquades + 26 mL 2-propanol + 12 mL H2SO4 , larutan tersebut berwarna bening, suhu menjadi panas dan tidak bisa disentuh. Kemudian kedalam labu tersebut dimasukkan 16 gram Kristal KMnO4. Yang mana warna asli dari Kristal tersebut yaitu ungu. Sehingga warna larutan yang tadinya bening berubah menjadi ungu, suhu nya menjadi meningkat dapat dilihat dari larutan yang timbul gelembung-gelembung gas yang banyak seperti pada saat air mendidih, dan semakin banyak Kristal KMnO4 yang ditambahkan warna larutan semakin lama menjadi coklat pekat. Lalu dikarenakan labu tersebut sangat panas kami diamkan beberapa saat hingga tidak terlalu panas. Setelah itu dilanjutkan proses destilasi dengan menggunakan suhu 75°C - 80°C. Dihidupkan lah mantel pamanas dan ketika suhu yang ditunjukkan oleh thermometer telah mencapai 75°C kami mengecilkan suhu pada mantel pemanas agar labu tidak pecah akibat pemanasan yang tinggi. Karena adanya proses pemanasan sehingga larutan sampel tersebut menjadi menguap dan uapnya akan masuk kedalam kondensor. Di dalam kondensor ini lah uap tersebut akan diubah lagi menjadi fase cair yang dibantu dengan air yang mengalir terus melalui jalur masuk dan keluar. Setelah banyak uap yang terbentuk di dalam kondensor, akhirnya uap-uap tersebut dapat diubah menjadi cair kembali dan didapat tetesan pertama yaitu pada suhu 78°C diwaktu ke 3 menit. Proses tersebut berlanjut terus menerus hingga pada tetesan ke 40 suhu menjadi turun yaitu 76°C dan diwaktu ke 6 menit 54 detik. Jarak atau rentang antara tetesan pertama dengan yang kedua pada percobaan ini sedikit lama. Destilat yang telah terbentuk kami amati dan kami cium baunya seperti bau balon.

8.2 Sintesis Aseton dengan K2Cr2O7
                Pada percoban yang kedua ini langkah-langkah yang dilakukan itu sama hanya komposisi bahan nya saja yang berbeda. Kedalam labu alas bulat dimasukkan 50 mL aquadest + 27,5 mL H2SO4 + 29,2 mL  2-Propanol. Campuran tersebut berwarna bening dan suhu nya panas yaitu 67°C. Kami diamkan labu tersebut beberapa saat. Setelah itu kami masukkan kedalam   penangas air. Sambil menunggu larutan tersebut mendidih kami membuat larutan K2Cr2O7 didalam gelas piala yang dicampur dengan 100 mL aquadest. Warna larutan yaitu orange.Setelah itu dimasukkan larutan K2Cr2O7 kedalam corong pisah. Selanjutnya setelah larutan tadi mendidih kami tuangkan secara perlahan larutan K2Cr2O7 kedalam labu alas bulat. Pada awalnya larutan berubah menjadi hijau tosca tetapi setelah semakin banyak larutan K2Cr2O7 yang kami tambahkan larutan semakin berubah menjadi hijau pekat. Dan dilanjutkan lah proses destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu 70°C. Sama halnya seperti yang pertma dilakukan pemanasan menggunakan mantel pemanas lalu setelah terbentuk uap, uap tersebut akan berubah menjadi cair kembali dan ditambung pada labu destilat.Tetesan pertama destilat terbentuk yaitu pada suhu 83°C dan di waktu ke 7 menit 44 detik. Pada percobaan yang kedua ini rentang antara tetesan pertama dan kedua itu lebih cepat dibandingkan yang pertama. Setelah tetesan ke 40 suhu tetap dan tidak turun yaitu 83°C di menit ke 8,16. Dan destilat yang terbentuk berbau harum seperti bau balon.
                        Pada percobaan yang pertama destilat yang terbentuk lebih cepat dibandingkan destilat pada percobaan yang kedua. Hal itu dapat terjadi, bisa kita lihat dari sifat antara KMnO4 dan K2Cr2O7 yang sama-sama oksidator kuat. Tetapi oksidator kuat pun memiliki tingkatan nya. Nah, dari dua senyawa tersebut ternyata KMnO4 memiliki sifat oksidator yang lebih kuat dibandingkan K2Cr2O7. Oksidator  itu sendiri mengalami reduksi dan ia menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Sehingga pada KMnO4 , ia membantu mempercepat alcohol mengalami oksidasi untuk menjadi keton. Pada prinsipnya kedua percobaan ini sama-sama menggunakan bahan dasar yaitu 2-propanol yang merupakan alcohol sekunder. Pada proses destilasi dilakukan proses pemanasan menggunakan mantel pemanas. Jika alcohol sekunder di panaskan (dioksidasi) maka akan menjadi senyawa keton yang terbukti dari bau destilat yang ditimbulkan yaitu berbau harum. Salah satu manfaat dari aseton yaitu untuk membersihkan papan tulis, setelah kami uji memang benar papan tulis menjadi lebih bersih dari yang sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sintesis aseton ini berhasil. 

IX. Pertanyaan
1.      Bagaimana cara mengetahui bahwa destilat yang terbentuk adalah aseton atau bukan ?
2.    Apa yang menyebabkan pada saat penambahan KMnOlarutan menjadi mendidih padahal tidak dilakukan pemanasan ?
3.    Bagaimana proses yang terjadi pada percobaan yang pertama sehingga didapat kan senyawa keton ?

X. Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1.      Sifat-sifat dari ketonaseton yaitu memiliki titik didih tinggi, Larut dalam air, berbau harum, mudah terbakar, mudah menguap dan tidak memiliki warna.
2.      Reaksi-reaksi pembuatan aseton yaitu dengan cara :
a.      Destilasi kering Kalsium Asetat


b.     Dibuat dari Asam Asetat dengan katalis Mangan (II) Karbonat dengan pemanasan pada suhu 110-120°C


c.      Dilakukan oksidasi alcohol sekunder pada suasana asam


3.      Kegunaan dari senyawa aseton yaitu :
a)      Pelarut senyawa karbon, misalnya sebagai pembersih cat kuku.
b)      Bahan baku pembuatan zat organik lain seperti khlaroform yang digunakan sebagai obat bius.

c)      Selain aseton beberapa senyawa keton banyak yang berbau harum sehingga digunakan sebagai campuran parfum dan kosmetika lainnya.

XI. Daftar Pustaka

  • Elsevier. 2013. Spesifikasi Senyawa Kimia. Amerika : Reed Elsevier Group.
  • Hadyana. 2014. Perancang Pablik Aseton dari Benzena Kapasitas. Vol 2. No 1:42
  • http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/
  • Lee, N. Charles. 1998. Alkohol dalam Katjung Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Jakarta : EGC.
  • Wade, L.G. 2016. Organic Chemistry. New Jersey : Pearson.

  • XII. Lampiran
    Gambar 1. Proses perangkaian alat destilasi
    Gambar 2. Larutan Kalium Dikromat
    Gambar 3. Proses destilasi dengan kalium permanganat
    Gambar 4. Hasil Aseton yang diperoleh