LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM”
DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. Data Pengamatan
A. Kromatografi Lapis Tipis
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan plat TLC
|
Plat TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu
diberi garis pinggir 0,5 cm
|
2.
|
Dibuat larutan pengembang
|
N-heksan : Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
|
3.
|
Dibuat larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
|
Sampel terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam,
nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
|
4.
|
Ditotolkan sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan
kedalam larutan pengembang lalu
dilihat noda dengan lampu UV
|
Pada plat pertama didapat
jarak pelarut yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu
buah naga dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ; nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga
kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan
4 buah sampel yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ;
wortel dengan jarak 3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan
jarak 0 cm.
Pada plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan
2 buah sampel terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan
kembang sepatu dengan jarak 4 cm.
|
B. Kromatografi kolom
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan
sampel
|
Digunakan
sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
|
2.
|
Disiapkan
kolom
|
Disumbat
kolom dengan kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan
n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk
agar kolom menjadi padat
|
3.
|
Dimasukkan
sampel
|
Dicampur
sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom
kromatografi
|
4.
|
Dialirkan
kolom dengan pelarut
|
Untuk
campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai
dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
|
5.
|
Ditampung
tetesan yang keluar dari kolom
|
Tetesan
yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel
yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.
|
VIII. Pembahasan
Kromatografi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran suatu zat dari komponen-komponen penyusunnya , dengan dilakukan nya kromatografi maka komponen-komponen tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh. Kromatografi itu sendiri dapat terbagi kedalam beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, meskipun terbagi kedalam beberapa jenis akan tetapi semuanya menggunakan suatu prinsip kromatografi yang sama. Adapun prinsip pemisahan didalam kromatografi yaitu komponen penyusun suatu zat tersebut berada pada perbedaan afinitas atau gaya adhesi dari setiap jenis analit terhadap fase diam dan fase bergerak sehingga menyebabkan masing-masing komponen penyusun zat tersebut dapat dipisahkan satu sama lain http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Pada percobaan kali ini hanya dilakukan dua jenis kromatografi
yaitu kromatografi lapis tipis (TLC) dan kromatografi kolom.
A.
Kromatografi
lapis tipis
·
Penyiapan
Plat TLC
Pada percobaan kromaografi lapis tipis
ini alat utama yang digunakan adalah plat TLC yang nantinya akan di totolkan
oleh sampel yang akan di kromatografi. Plat TLC ini ada yang terbuat dari kaca
dan ada juga yang dari aluminium, percobaan ini menggunakan plat TLC yang
terbuat dari aluminium sehingga praktikan tidak perlu membuat plat TLC karena
sudah tersedia di laboratorium. Selanjutnya plat tersebut di potong atau
digunting dengan ukuran 5 cm x 3 cm dan setiap plat diberi garis tanda dengan
jarak 0,5 cm dan plat siap digunakan.
·
Penyiapan
sampel
Sampel yang akan digunakan diekstraksi dan ditambahkan metanol 5
mL. Sampel yang digunakan pada percobaan ini ada 10 yang terbuat dari 10 jenis
tanaman yang berbeda, yaitu :
No.
|
Sampel
|
Warna sampel
|
1.
|
Buah Naga
|
Ungu
|
2.
|
Bayam
|
Hijau
|
3.
|
Nanas
|
Kuning
|
4.
|
Bunga kertas
|
Merah muda
|
5.
|
Semangka
|
Merah muda
|
6.
|
Wortel
|
Orange
|
7.
|
Pepaya
|
Orange
|
8.
|
Kentang
|
Coklat
|
9.
|
Tomat
|
Merah
|
10.
|
Bunga sepatu
|
Merah muda
|
Dari
10 sampel yang telah di ekstraksi dan ditambah kan metanol tersebut dimasukkan
kedalam botol spesimen. Terakhir sampel siap untuk ditotolkan pada plat TLC.
·
Proses
Kromatografi
Sampel yang telah disiapkan kemudian ditotolkan tepat pada garis
tanda yang terdapat pada plat TLC. Pada percobaan digunakan 1 plat untuk 4 buah
sampel. Selanjutnya plat dimasukkan ke dalam chamber yang berisi larutan
pengembang. Larutan pengembang nya terbuat dari n-heksan : Etil asetat dengan
perbandingan 2 : 1 atau setara dengan 2 mL n-heksan : 1 mL etil asetat. Proses
TLC dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan larutan pengembang yang sama. Proses
TLC ini berlangsung sampai larutan pengembang tidak dapat naik lagi atau sudah
berhenti bergerak setelah itu plat diangkat dari chamber dan disinari oleh
sinar UV untuk melihat noda yang terdapat pada plat TLC. Pada plat TLC yang
pertama pelarut naik hingga 4,8 cm, yang kedua hingga 4,5 cm dan yang ketiga
hingga 4,7 cm. Hasil yang didapat yaitu
:
No.
|
Sampel
|
Panjang noda
|
1.
|
Buah Naga
|
3,9 cm
|
2.
|
Bayam
|
0,3 cm
|
3.
|
Nanas
|
3,8 cm
|
4.
|
Bunga kertas
|
2,5 cm
|
5.
|
Semangka
|
3,7 cm
|
6.
|
Wortel
|
3,9 cm
|
7.
|
Pepaya
|
3,8 cm
|
8.
|
Kentang
|
0 cm
|
9.
|
Tomat
|
4,1 cm
|
10.
|
Bunga sepatu
|
4 cm
|
Setelah dilakukan proses kromatografi dan di dapat panjang noda
maka kita dapat menghitung nilai RF nya dengan rumus :
Rf = Jarak yang ditempuh noda / Jarak yang ditempuh pelarut
No.
|
Sampel
|
Nilai RF
|
1.
|
Buah Naga
|
0,8125
|
2.
|
Bayam
|
0,0625
|
3.
|
Nanas
|
0,7916
|
4.
|
Bunga kertas
|
0,5208
|
5.
|
Semangka
|
0,8222
|
6.
|
Wortel
|
0,8667
|
7.
|
Pepaya
|
0,8444
|
8.
|
Kentang
|
0
|
9.
|
Tomat
|
0,8723
|
10.
|
Bunga sepatu
|
0,8511
|
B.
Kromatografi
Kolom
Jika pada kromatografi lapis tipis
menggunakan plat TLC maka berbeda dengan kromatografi kolom yang menggunakan
kolom yang bisa terbuat dari pipet tetes. Kolom tersebut disumbat oleh kapas
pada bagian bawah, kapas tersebut tidak boleh terlalu tebal karena sampel akan
sulit untuk menetes dan tidak boleh terlalu tipis karena memungkinkan silica
gel nya dapat ikut turun pada proses penetesan. Kolom kromatografi tersebut di
teteskan oleh n-heksan yng berguna membersihkan bagian tepi kolom oleh kapas
yang menempel. Kromatografi kolom ini menggunakan silica gel yang berfungsi
untuk memadatkan kolom. Sebelumnya silica gel tersebut dimasukkan kedalam
larutan n-heksan. Saat dimasukkan silica gel tersebut, kolom di ketuk-ketuk
agar silica gel nya memadat sekitar setengah kolom dan tidak pecah pada saat
proses kromatografi. Setelah kolom kromatografi siap untuk digunakan,
dimasukkan sampel kedalam kolom yang sebelumnya di tambahkan silica gel pada
setiap sampel yang akan di uji. Sampel yang dimasukkan kedalam kolom sedikit
saja. Selanjutnya dimasukkan pelarut yang sesuai untuk setiap sampel yang mana
setiap sampel menggunakan pelarut yang berbeda sesuai dengan sifat kepolaran
dari masing-masing sampel yang dapat kita lihat pada panjang sampel bergerak
pada kromatografi lapis tipis sebelumnya.
·
Sampel
Buah Naga
Sampel buah naga ini menggunakan pelarut
n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 8 : 1. Setelah di diamkan beberapa
saat hingga pelarut nya habis tetapi sampel tidak turun kebawah lalu ditambah
pelarut yang kedua dengan komposisi yang sama tetapi menggunakan perbandingan
16 : 2, hingga pelarut yang kedua ini habis sampel hanya turun sedikit. Dan
ditambahkan pelarut yang ketiga dengan komposisi yang sama dan perbandingan 16
: 2, masih tetap sama sampel belum turun semua hanya turun sedikit demi
sedikit. Dan ditambahkan pelarut yang keempat dengan komposisi sama dan
perbandingan 15 : 5, hingga pelarut ini habis sampel masih tetap tidak turun
semua. Setiap larutan yang menetes tadi ditampung pada botol kecil dan diberi
tanda botol ke I,II, III, dst. Yang nantinya setiap botol akan diuji lagi
menggunakan kromatografi lapis tipis.
Larutan yang di masukkan ke dalam botol sesuai dengan urutan
penetesan ditutup dengan aluminium foil tetapi diberi lobang-lobang kecil dan
di biarkan selama 1 minggu. Karena larutan tersebut menguap membuat botol
menjadi kering dan kami tambahkan metanol sebanyak 1 tetes pada setiap botol.
Kemudian di totolkan pada plat TLC yang sudah disediakan dengan urutan (crude,
botol I, botol II, dst). Di dapat lah hasil yaitu crude nya bergerak ke atas
sedangkan larutan untuk botol I,II,III,IV dan V tidak bergerak dan tidak
kelihatan noda nya.
·
Sampel
Bayam
Pada sampel bayam ini, pelarut yang
digunakan yaitu n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 5 : 10. Dimana etil
asetat bersifat semi polar dan n-heksan bersifat non polar. Setelah di tetesi
pelarut, sampel bayam perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar
ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang
kedua berwarna hijau, botol yang ketiga berwarna hijau pudar, botol keempat
berwarna bening dan botol kelima juga berwarna bening. Selanjutnya di lakukan
kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga.
Pada sampel bayam ini botol I,II, dan III setelah di sinari oleh lampu UV
terlihat noda tetapi hanya pada garis batas yang ditandai sebelumnya menggunakan
pensil.
·
Sampel
Nanas
Pada sampel nanas, pelarut yang digunakan
untuk kromatografi kolom yaitu kloroform : metanol dengan perbandingan 3 : 1.
Kloroform bersifat non polar dan metanol bersifat polar. Setelah di tetesi
pelarut, sampel nanas perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar
ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang
kedua berwarna putih keruh, botol yang ketiga berwarna bening. Selanjutnya di
lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah
naga. Setelah disinari dengan lampu UV, tidak ada satupun noda yang tampak
mungkin dikarenakan pada saat proses kromatografi kolom, silica gelnya pecah
sehingga menyebabkan hasil tidak akurat lagi.
·
Sampel
bunga kertas
Proses kromatografi kolom untk sampel
bunga kertas ini menggunakan pelarut kloroform. Kloroform ini sendiri bersifat
non polar yang digunakan pada sampel yang bergerak sampai setengah dari plat
TLC. Setelah di tetesi pelarut, sampel bunga kertas perlahan mulai turun ke
bawah dan larutan yang keluar ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama
berwarna bening, botol yang kedua berwarna bening seperti ada minyak-minyak,
botol yang ketiga berwarna putih keruh, botol keempat berwarna bening dan botol
kelima juga berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis,
dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu
crude bergerak naik, sedangkan larutan pada setiap botol tidak terlihat noda
yang timbul.
·
Sampel
Semangka
Sampel semangka pada kromatografi lapis
tipis bergerak jauh ke atas sehingga pelarut yang digunakan adalah n-heksan :
etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Setelah pelarut dimasukkan kedalam
kolom, sampel secara langsung turun kebawah dan larutan yang keluar di tampung
pada botol kecil, botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna
kuning pudar dan botol yang ketiga berwarna bening. Selanjutnya dilakukan
proses yang sama seperti yang dijelaskan pada sampel buah naga. Hasil yang
didapat yaitu crude nya bergerak naik dan noda nya berwarna kuning pudar.
·
Sampel
Wortel
Sama seperti sampel semangka, wortel juga
bergerak naik jauh ke atas pada saat proses kromatografi lapis tipis sehingga
menggunakan pelarut yang sama dan perbandingan yang sama pula. Setelah pelarut
dimasukkan, sampel perlahan mulai turun dari kolom. Selanjutnya di lakukan
kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga.
Hasil yang didapat yaitu crude nya bergerak naik, warna noda nya kuning, botol
I,II dan III, tidak bergerak sama sekali tetapi setelah disinari lampu UV
terlihat noda berwarna kuning pudar.
·
Sampel
pepaya
Sama seperti sampel semangka dan wortel,
sampel pepaya juga bergerak naik jauh ke atas pada saat proses kromatografi
lapis tipis sehingga menggunakan pelarut yang sama dan perbandingan yang sama
pula yaitu n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Pada saat pelarut
dimasukkan ke dalam kolom kromatografi, perlahan pelarut mulai menetes ke dalam
botol kecil tetapi sampel masih tetap pada posisi awal dihasilkan warna bening
(Botol I), setelah botol berisi setengah diganti dengan botol yang kedua. Pada
botol yang kedua ini larutan yang dihasilkan berwarna kuning pudar yang mana
sampel sudah mulai turun kebawah. Setelah botol II ini berisi setengah larutan,
botol diganti dengan botol ketiga yang mana sampel sudah turun semua dan warna
larutan yaitu bening. Setelah botol III ini berisi setengah, botol di ganti
dengan botol keempat yang dihasilkan larutan berwarna bening. Selanjutnya di
lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah
naga. Hasil yang didapat yaitu crude bergerak ke atas dan noda berwarna orange.
Botol kedua tidak bergerak tetapi noda terlihat berwarna kuning pudar. Botol
yang ketiga bergerak dan dihasilkan noda berwarna kuning pudar. Botol
yangkeempat tidak bergerak dan dihasilkan noda berwarna kuning pudar.
·
Sampel
kentang
Pada saat proses kromatografi lapis
tipis, sampel kentang tidak bergerak sama sekali sehingga digunakan pelarut
kloroform : metanol dengan perbandingan 3 : 1 yang digunakan sebanyak 15 mL
kloroform dan 5 mL metanol. Pada botol yang pertama dihasilkan larutan berwarna
bening, botol yang kedua berwarna kuning keruh, botol yang ketiga berwarna bening
dan botol yang keempat berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi
lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang
didapatkan yaitu crude tidak bergerak tetapi terdapat noda berwarna abu-abu.
·
Sampel
Tomat
Pada saat proses kromatografi lapis
tipis, sampel tomat bergerak cepat
sehingga digunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 1.
Pada botol yang pertama dihasilkan larutan yang berwarna bening, botol yang kedua
berwarna kemerahan dan botol yang ketiga berwarna bening kembali. Selanjutnya
di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel
buah naga. Hasil yang di dapat yaitu botol yag ketiga terdapat noda yang
berwarna abu-abu tetapi tidak bergerak.
·
Sampel
bunga sepatu
Sama seperti sampel tomat, bunga sepatu
juga bergerak cepat sehingga digunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan
perbandingan 3 : 1. Pada botol yang pertama dihasilkan larutan yang berwarna
bening, botol yang kedua berwarna keruh dan botol yang ketiga juga berwarna
keruh. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang
sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu pada crude tampak noda
berwarna kuning pudar tetapi tetap pada garis. Dan untuk botol I,II,III tidak
terdapat apa-apa.