Selasa, 07 Mei 2019

Laporan Percobaan 9

LAPORAN PRAKTIKUM
“KEISOMERAN GEOMETRI”



DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 




VII. Data Pengamatan
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Sampel Apel ditumbuk lalu disaring untuk mengambil 20 mL ekstraknya.
Didapat ekstrak apel yang berwarna coklat seperti teh
2.
Ditambahkan 15 mL HCl
Warna tetap coklat
3.
Campuran tersebut kemudian direfluks
Proses refluks dilakukan pada suhu 75°C dan warna larutan tersebut menjadi coklat yang semakin lama semakin pekat
4.
Disaring hasil dari proses refluks
Larutan tetap berwarna coklat pekat, dihasilkan endapan berwarna hitam, bau yang timbul seperti bau caramel.

VIII. Pembahasan
      Pada percobaan kali ini yaitu tentang pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Dimana asam maleat yang kami gunakan adalah asam maleat yang terkandung di dalam buah apel. Asam maleat ini yang menyebabkan adanya rasa asam pada tumbuhan salah satunya buah apel. Asam maleat ini mengandung gugus etilena yang berikatan dengan dua gugus asam karboksilat, asam maleat ini merupakan isomer cis dari asam butenadionat. Sifat-sifat dari asam maleat adalah dapat larut di dalam air.
            Untuk mendapatkan asam maleat didalam apel maka sampel apel kami ambil ekstraknya dengan cara kami tumbuk atau digerus sebanyak 2 buah, kemudian disaring. Sebanyak 20 mL ekstrak apel tersebut dimasukkan ke dalam labu dasar bulat yang sudah berisi batu didih. Ekstrak apel yang kami dapatkan berwarna coklat seperti Teh. Ditambahkan HCl sebanyak 15 mL, warna larutan masih tetap sama seperti warna awal. Dirangkai alat untuk merefluks sampel tersebut. Di panaskan menggunakan mantel pemanas selama 10 menit,  semakin lama sampel berubah menjadi semakin pekat dan proses refluks berlangsung pada suhu 75°C. Kemudian  hasil refluks tersebut disaring sebanyak dua kali menggunakan corong Buchner didapatkan filtratnya yang berwarna coklat pekat, dan endapan nya berwarna hitam, filtrate yang dihasilkan memiliki bau seperti caramel. Filtrat tersebut di jenuhkan menggunakan batu es tetapi setelah didiamkan beberapa lama tidak ada terbentuk Kristal sedikitpun pada labu. Filtrat tersebut masih benbentuk cairan.
         Gugus fungsi pada senyawa organik itu dapat terdiri dari satu atau lebih yang terikat pada atom C baik yang berikatan tunggal maupun yang rangkap. Pada percobaan ini kami menggunakan asam kuat (HCl) sebagai katalis untuk mengubah ikatan rangkap C = C menjadi ikatan tunggal C-C. Pada gugus atau atom yang terikat dengan atom C yang berikatan tunggal maka ia akan dapat bebas bergerak sehingga tidak bisa dibedakan orientasi bidang ruang gugus fungsinya tetapi berbeda untuk gugus atau atom yang terikat pada atom C rangkap atau rantai siklik maka gugus atau atom tersebut tidak  dapat begerak atau berotasi bebas sehingga kita dapat mengidentifikasi orientasi ruang gugus fungsinya itulah yang disebut dengan isomer geometri. Suatu isomer geometri dengan orientasi tertentu dapat diubah orientasinya misalnya pada asam maleat atau cis-asam butenadioat yang memiliki dua gugus karboksilat umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan asam fumarat atau trans-asam butena dioat http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/
       Pada percobaan ini kami menggunakan proses perefluksan dikarenakan pengubahan asam maleat menjadi anhidrida maleat memerlukan suhu yang tinggi. Sehingga pada saat proses perefluksan kami menggunakan pemanasan menggunakan mantel pemanas pada suhu sekitar 75C.

IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
  1. Apakah bisa menggunakan katalis lain selain HCl ?
  2. Mengapa dilakukan penyaringan sebanyak dua kali ?
  3. Mengapa di lakukan proses perefluksan dengan suhu yang tinggi ?
X. Daftar Pustaka

XI. Lampiran
Proses Refluks
Proses Penyaringan filtrat yang pertama
Proses Penyaringan Filtrat yang Kedua
Proses penjenuhan menggunakan es batu
Filtrat yang dihasilkan


Laporan Percobaan 8


LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM”



DI SUSUN OLEH :
NIKEN AYU HESTIANTARI
(A1C117033)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019 


VII. Data Pengamatan

A. Kromatografi Lapis Tipis
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan plat TLC
Plat TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu diberi garis pinggir 0,5 cm
2.
Dibuat larutan pengembang
N-heksan : Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
3.
Dibuat larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
Sampel terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
4.
Ditotolkan sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan kedalam larutan pengembang  lalu dilihat noda dengan lampu UV
Pada plat pertama  didapat jarak pelarut yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu buah naga dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ;  nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ; wortel dengan jarak 3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan jarak 0 cm.
Pada plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan 2 buah sampel terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan kembang sepatu dengan jarak 4 cm.
























B. Kromatografi kolom
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan sampel
Digunakan sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
2.
Disiapkan kolom
Disumbat kolom dengan kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk agar kolom menjadi padat
3.
Dimasukkan sampel
Dicampur sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi
4.
Dialirkan kolom dengan pelarut
Untuk campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
5.
Ditampung tetesan yang keluar dari kolom
Tetesan yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.




VIII. Pembahasan
         Kromatografi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran suatu zat dari komponen-komponen penyusunnya , dengan dilakukan nya kromatografi maka komponen-komponen tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh. Kromatografi itu sendiri dapat terbagi kedalam beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, meskipun terbagi kedalam beberapa jenis akan tetapi semuanya menggunakan suatu prinsip kromatografi yang sama. Adapun prinsip pemisahan didalam kromatografi yaitu komponen penyusun suatu zat tersebut berada pada perbedaan afinitas atau gaya adhesi dari setiap jenis analit terhadap fase diam dan fase bergerak sehingga menyebabkan masing-masing komponen penyusun zat tersebut dapat dipisahkan satu sama lain http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
      Pada percobaan kali ini hanya dilakukan dua jenis kromatografi yaitu kromatografi lapis tipis (TLC) dan kromatografi kolom.
A.  Kromatografi lapis tipis
·         Penyiapan Plat TLC
       Pada percobaan kromaografi lapis tipis ini alat utama yang digunakan adalah plat TLC yang nantinya akan di totolkan oleh sampel yang akan di kromatografi. Plat TLC ini ada yang terbuat dari kaca dan ada juga yang dari aluminium, percobaan ini menggunakan plat TLC yang terbuat dari aluminium sehingga praktikan tidak perlu membuat plat TLC karena sudah tersedia di laboratorium. Selanjutnya plat tersebut di potong atau digunting dengan ukuran 5 cm x 3 cm dan setiap plat diberi garis tanda dengan jarak 0,5 cm dan plat siap digunakan.
·         Penyiapan sampel
Sampel yang akan digunakan diekstraksi dan ditambahkan metanol 5 mL. Sampel yang digunakan pada percobaan ini ada 10 yang terbuat dari 10 jenis tanaman yang berbeda, yaitu :
No.
Sampel
Warna sampel
1.
Buah Naga
Ungu
2.
Bayam
Hijau
3.
Nanas
Kuning
4.
Bunga kertas
Merah muda
5.
Semangka
Merah muda
6.
Wortel
Orange
7.
Pepaya
Orange
8.
Kentang
Coklat
9.
Tomat
Merah
10.
Bunga sepatu
Merah muda
Dari 10 sampel yang telah di ekstraksi dan ditambah kan metanol tersebut dimasukkan kedalam botol spesimen. Terakhir sampel siap untuk ditotolkan pada plat TLC.
·         Proses Kromatografi
Sampel yang telah disiapkan kemudian ditotolkan tepat pada garis tanda yang terdapat pada plat TLC. Pada percobaan digunakan 1 plat untuk 4 buah sampel. Selanjutnya plat dimasukkan ke dalam chamber yang berisi larutan pengembang. Larutan pengembang nya terbuat dari n-heksan : Etil asetat dengan perbandingan 2 : 1 atau setara dengan 2 mL n-heksan : 1 mL etil asetat. Proses TLC dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan larutan pengembang yang sama. Proses TLC ini berlangsung sampai larutan pengembang tidak dapat naik lagi atau sudah berhenti bergerak setelah itu plat diangkat dari chamber dan disinari oleh sinar UV untuk melihat noda yang terdapat pada plat TLC. Pada plat TLC yang pertama pelarut naik hingga 4,8 cm, yang kedua hingga 4,5 cm dan yang ketiga hingga 4,7 cm.  Hasil yang didapat yaitu :
No.
Sampel
Panjang noda
1.
Buah Naga
3,9 cm
2.
Bayam
0,3 cm
3.
Nanas
3,8 cm
4.
Bunga kertas
2,5 cm
5.
Semangka
3,7 cm
6.
Wortel
3,9 cm
7.
Pepaya
3,8 cm
8.
Kentang
0 cm
9.
Tomat
4,1 cm
10.
Bunga sepatu
4 cm
Setelah dilakukan proses kromatografi dan di dapat panjang noda maka kita dapat menghitung nilai RF nya dengan rumus :
Rf = Jarak yang ditempuh noda / Jarak yang ditempuh pelarut
No.
Sampel
Nilai RF
1.
Buah Naga
0,8125
2.
Bayam
0,0625
3.
Nanas
0,7916
4.
Bunga kertas
0,5208
5.
Semangka
0,8222
6.
Wortel
0,8667
7.
Pepaya
0,8444
8.
Kentang
0
9.
Tomat
0,8723
10.
Bunga sepatu
0,8511
  
B.  Kromatografi Kolom
       Jika pada kromatografi lapis tipis menggunakan plat TLC maka berbeda dengan kromatografi kolom yang menggunakan kolom yang bisa terbuat dari pipet tetes. Kolom tersebut disumbat oleh kapas pada bagian bawah, kapas tersebut tidak boleh terlalu tebal karena sampel akan sulit untuk menetes dan tidak boleh terlalu tipis karena memungkinkan silica gel nya dapat ikut turun pada proses penetesan. Kolom kromatografi tersebut di teteskan oleh n-heksan yng berguna membersihkan bagian tepi kolom oleh kapas yang menempel. Kromatografi kolom ini menggunakan silica gel yang berfungsi untuk memadatkan kolom. Sebelumnya silica gel tersebut dimasukkan kedalam larutan n-heksan. Saat dimasukkan silica gel tersebut, kolom di ketuk-ketuk agar silica gel nya memadat sekitar setengah kolom dan tidak pecah pada saat proses kromatografi. Setelah kolom kromatografi siap untuk digunakan, dimasukkan sampel kedalam kolom yang sebelumnya di tambahkan silica gel pada setiap sampel yang akan di uji. Sampel yang dimasukkan kedalam kolom sedikit saja. Selanjutnya dimasukkan pelarut yang sesuai untuk setiap sampel yang mana setiap sampel menggunakan pelarut yang berbeda sesuai dengan sifat kepolaran dari masing-masing sampel yang dapat kita lihat pada panjang sampel bergerak pada kromatografi lapis tipis sebelumnya.
·           Sampel Buah Naga
       Sampel buah naga ini menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 8 : 1. Setelah di diamkan beberapa saat hingga pelarut nya habis tetapi sampel tidak turun kebawah lalu ditambah pelarut yang kedua dengan komposisi yang sama tetapi menggunakan perbandingan 16 : 2, hingga pelarut yang kedua ini habis sampel hanya turun sedikit. Dan ditambahkan pelarut yang ketiga dengan komposisi yang sama dan perbandingan 16 : 2, masih tetap sama sampel belum turun semua hanya turun sedikit demi sedikit. Dan ditambahkan pelarut yang keempat dengan komposisi sama dan perbandingan 15 : 5, hingga pelarut ini habis sampel masih tetap tidak turun semua. Setiap larutan yang menetes tadi ditampung pada botol kecil dan diberi tanda botol ke I,II, III, dst. Yang nantinya setiap botol akan diuji lagi menggunakan kromatografi lapis tipis.
Larutan yang di masukkan ke dalam botol sesuai dengan urutan penetesan ditutup dengan aluminium foil tetapi diberi lobang-lobang kecil dan di biarkan selama 1 minggu. Karena larutan tersebut menguap membuat botol menjadi kering dan kami tambahkan metanol sebanyak 1 tetes pada setiap botol. Kemudian di totolkan pada plat TLC yang sudah disediakan dengan urutan (crude, botol I, botol II, dst). Di dapat lah hasil yaitu crude nya bergerak ke atas sedangkan larutan untuk botol I,II,III,IV dan V tidak bergerak dan tidak kelihatan noda nya.
·           Sampel Bayam
       Pada sampel bayam ini, pelarut yang digunakan yaitu n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 5 : 10. Dimana etil asetat bersifat semi polar dan n-heksan bersifat non polar. Setelah di tetesi pelarut, sampel bayam perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna hijau, botol yang ketiga berwarna hijau pudar, botol keempat berwarna bening dan botol kelima juga berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Pada sampel bayam ini botol I,II, dan III setelah di sinari oleh lampu UV terlihat noda tetapi hanya pada garis batas yang ditandai sebelumnya menggunakan pensil.
·           Sampel Nanas
       Pada sampel nanas, pelarut yang digunakan untuk kromatografi kolom yaitu kloroform : metanol dengan perbandingan 3 : 1. Kloroform bersifat non polar dan metanol bersifat polar. Setelah di tetesi pelarut, sampel nanas perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna putih keruh, botol yang ketiga berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Setelah disinari dengan lampu UV, tidak ada satupun noda yang tampak mungkin dikarenakan pada saat proses kromatografi kolom, silica gelnya pecah sehingga menyebabkan hasil tidak akurat lagi.
·           Sampel bunga kertas
       Proses kromatografi kolom untk sampel bunga kertas ini menggunakan pelarut kloroform. Kloroform ini sendiri bersifat non polar yang digunakan pada sampel yang bergerak sampai setengah dari plat TLC. Setelah di tetesi pelarut, sampel bunga kertas perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna bening seperti ada minyak-minyak, botol yang ketiga berwarna putih keruh, botol keempat berwarna bening dan botol kelima juga berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu crude bergerak naik, sedangkan larutan pada setiap botol tidak terlihat noda yang timbul.
·           Sampel Semangka
       Sampel semangka pada kromatografi lapis tipis bergerak jauh ke atas sehingga pelarut yang digunakan adalah n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Setelah pelarut dimasukkan kedalam kolom, sampel secara langsung turun kebawah dan larutan yang keluar di tampung pada botol kecil, botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna kuning pudar dan botol yang ketiga berwarna bening. Selanjutnya dilakukan proses yang sama seperti yang dijelaskan pada sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu crude nya bergerak naik dan noda nya berwarna kuning pudar.
·           Sampel Wortel
       Sama seperti sampel semangka, wortel juga bergerak naik jauh ke atas pada saat proses kromatografi lapis tipis sehingga menggunakan pelarut yang sama dan perbandingan yang sama pula. Setelah pelarut dimasukkan, sampel perlahan mulai turun dari kolom. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu crude nya bergerak naik, warna noda nya kuning, botol I,II dan III, tidak bergerak sama sekali tetapi setelah disinari lampu UV terlihat noda berwarna kuning pudar.
·           Sampel pepaya
       Sama seperti sampel semangka dan wortel, sampel pepaya juga bergerak naik jauh ke atas pada saat proses kromatografi lapis tipis sehingga menggunakan pelarut yang sama dan perbandingan yang sama pula yaitu n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Pada saat pelarut dimasukkan ke dalam kolom kromatografi, perlahan pelarut mulai menetes ke dalam botol kecil tetapi sampel masih tetap pada posisi awal dihasilkan warna bening (Botol I), setelah botol berisi setengah diganti dengan botol yang kedua. Pada botol yang kedua ini larutan yang dihasilkan berwarna kuning pudar yang mana sampel sudah mulai turun kebawah. Setelah botol II ini berisi setengah larutan, botol diganti dengan botol ketiga yang mana sampel sudah turun semua dan warna larutan yaitu bening. Setelah botol III ini berisi setengah, botol di ganti dengan botol keempat yang dihasilkan larutan berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu crude bergerak ke atas dan noda berwarna orange. Botol kedua tidak bergerak tetapi noda terlihat berwarna kuning pudar. Botol yang ketiga bergerak dan dihasilkan noda berwarna kuning pudar. Botol yangkeempat tidak bergerak dan dihasilkan noda berwarna kuning pudar.
·           Sampel kentang
       Pada saat proses kromatografi lapis tipis, sampel kentang tidak bergerak sama sekali sehingga digunakan pelarut kloroform : metanol dengan perbandingan 3 : 1 yang digunakan sebanyak 15 mL kloroform dan 5 mL metanol. Pada botol yang pertama dihasilkan larutan berwarna bening, botol yang kedua berwarna kuning keruh, botol yang ketiga berwarna bening dan botol yang keempat berwarna bening. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapatkan yaitu crude tidak bergerak tetapi terdapat noda berwarna abu-abu.
·           Sampel Tomat
       Pada saat proses kromatografi lapis tipis, sampel tomat bergerak  cepat sehingga digunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 1. Pada botol yang pertama dihasilkan larutan yang berwarna bening, botol yang kedua berwarna kemerahan dan botol yang ketiga berwarna bening kembali. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang di dapat yaitu botol yag ketiga terdapat noda yang berwarna abu-abu tetapi tidak bergerak.
·           Sampel bunga sepatu
       Sama seperti sampel tomat, bunga sepatu juga bergerak cepat sehingga digunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 1. Pada botol yang pertama dihasilkan larutan yang berwarna bening, botol yang kedua berwarna keruh dan botol yang ketiga juga berwarna keruh. Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis, dengan prosedur yang sama seperti sampel buah naga. Hasil yang didapat yaitu pada crude tampak noda berwarna kuning pudar tetapi tetap pada garis. Dan untuk botol I,II,III tidak terdapat apa-apa.

IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.  Adakah cara lain untuk melihat noda yang tampak pada setiap sampel dalam proses kromatografi lapis tipis ?
2.      Mengapa pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom berbeda ?
3.      Mengapa pada kromatografi lapis tipis pergerakan setiap sampel berbeda-beda ? 

X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil adalah :

  1. Teknik dasar melakukan kromatografi lapis tipis adalah Ekstrak sampel yang akan di kromatografi di totolkan pada plat TLC yang nantinya akan dimasukkan ke dalam pelarut yang sesuai Sedangkan teknik dasar kromatografi kolom ialah bergantung pada kolom kromatografi yang kita buat tidak boleh pecah sehingga ketika penyiapan kolom kita harus lebih teliti dan kolom harus padat.
  2. Pada awalnya sampel yang akan diuji kita lakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis setelah noda terlihat kita dapat menentukan pelarut yang sesuai untuk digunakan pada kromatografi kolom, sehingga untuk mendapatkan senyawa yang murni kita dapat melakukan dengan kromatografi lapis tipis terlebih dahulu kemudian dilakukan kromatografi kolom.
  3. Dari kromatografi kolom kita dapat memisahkan pigmen tumbuhan yang mana nantinya akan menetes atau keluar dari kolom dengan warna yang berbeda sesuai dengan sifat kepolarannya. 

XI. Daftar Pustaka
  • Azizahwati, H. 2011. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan yang Beredar             di Pasaran. Jurnal Ilmu Kefarmasian. Vol 4(1).
  • http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
  • Khopkar. 2010. Kimia Organik II. Jakarta : Erlangga.
  • Mulja, S. 2009. Analisis Instrumen Kromatografi Kertas. Jurnal Industri. Vol 3(2).
  • Tim Kimia Organik. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi : Universitas Jambi.

XII. Lampiran
Ekstrak sampel dari 10 buah tanaman 
Proses TLC di dalam chamber
Proses Infruknasi
Proses kromatografi kolom
Proses penyinaran dengan lampu UV